NABI KHIDIR MEMILIHKAN NAMA ABAH
Kisah Pada
tahun 1980han, saya bersama seorang kenalan bernama Hj Yahya Hanafiah
berkesempatan berjumpa dengan seorang kiyai dan wali Allah di Suryalaya
yang terkenal dengan gelaran 'Macan Suryalaya''. ( sila type ''macan
suryalaya'' di google ramai telah menulis mengenainya )
Ketika itu , ramai antara
jamaah rombongan Singapura sudah tidur kerana jam menunjukkan jam 11
malam. Kami masuk ke Masjid Nurul Asror di mana Kiyai yang sudah berumur
125 tahun ketika itu bermalam. Banyak kisah yang di khabarkan kepada
kami adalah mengenai karomah Abah Anom, seolah-olah beliau berpesan
kepada kami yang muda bahawa pada zaman ini , inilah orangnya yang di
tentukan Allah, berada di Indonesia.
Antara kisah yang paling
menarik , Abah Pakih ( nama betulnya Kiyai Haji Abu Bakar Faqih )
menceritakan : Saya di amanatkan Abah Sepuh ( Ayanda kepada Abah Anom )
untuk menjaga Abah Anom sejak dari kecil, sejak lahir, dirumah saya yang
terletak di hadapan rumah Abah Sepuh...selang beberapa hari saya
menerima surat dari Nabi Khidir mencadangkan nama bayi yang baru lahir
ini, tertulis dalam surat itu nama 'sohibul wafa'' atau 'tajul arifiin''
,..di tanda tangani Alkhidr. Dengan segera saya langsung ke rumah Abah
Sepuh menunjukkan surat tersebut dan Abah Sepuh berkata kalau gitu kita
ambil dua-dua namanya iaitu 'Sohibul Wafa 'Tajul Arifiin'.-tamat
kata-kata lebih kurang dari Almarhum Abah Fakih.
Masya Allah, tak mungkin
semudah itu Abah Fakih boleh mendapat surat jika ketika itu belum lagi
wali Allah. Satu renungan buat kita agar bersyukur dengan anugerah ini
KISAH SEORANG IKHWAN TENTANG GURUNYA
Sewaktu ibunya Ilham masih hidup beliau
pernah bercerita tentang masa remajanya. Setiap menjelang subuh hingga
pagi hari ibu harus bekerja membantu orang tuanya cuci piring, cuci
pakaian, menimba air pergi ke sungai dengan jarak yang cukup jauh
mengisi bak mandi hingga penuh setelah itu baru bisa turun ke
sekolah.... setelah pulang sekolah membantu orang tua di dapur dll....
semua itu dikerjakan dengan penuh kesabaran.
Suatu ketika ibunya Ilham mengalami
suatu keanehan.... saat itu di likur sepuluh hari yang akhir di bulan
Romadhon saat itu mendadak kamar begitu terang benderang ibunya Ilham
mengira hari sudah siang cepat-cepat ibu pergi kedapur mencuci piring
dikiranya bangun kesiangan lihat sekeliling rumah hari begitu terang
ayam dan itik berjalan perlahan, namun ada keganjilan setiap kali
menimba air seperti berlumpur, anehnya lagi disekeliling rumah semua
pepohonan dan rerumputan merebah bersujud menghadap Kiblat. Melihat
keadaan di sekelilingnya jadi merinding namun ibu takut di marah orang
tuanya jika telat bekerja maka pekerjaan selanjutnya adalah turun ke
sungai tuk mengisi bak mandi hingga penuh. Keanehan pun terjadi setiap
kali menimba air berubah jadi berlumpur dan air sungai pun anehnya tidak
mengalir tidak bergerak air sungai itu seperti berhenti mengalir ibunya
Ilham jadi ketakutan langsung pulang ke rumah menuju kamar. Tiba-tiba
orang tuanya menegur koq kerjanya malam hari kan masih gelap gulita,
kemudian di Jawab oleh ibunya Ilham bahwa hari sudah siang. Lalu di
jawab sama orang tuanya apa kamu tidak lihat di sekeliling rumah hari
masih gelap gulita. Mendadak ibunya Ilham kaget tiba-tiba hari kembali
gelap gulita. Pada ke esokan harinya ibunya Ilham ke luar rumah bertemu
dengan seorang nenek yang mengerti agama, kenapa ya semalam saya lihat
semua pohon disini pada rebah bersujud koq sekarang tegak berdiri lagi
aneh ya.... kata nenek itu cucuku pepohonan ini ya berdiri terus tidak
ada yang rebah... akhirnya ibunya Ilham bercerita kepada nenek itu
kejadian aneh yang dia alami tadi malam, dia tidak cerita kepada siapa
pun termasuk orang tuanya dia takut... nenek itu pun berkata cucuku,
kamu sungguh beruntung telah bertemu malam Lailatul Qodar apakah kamu
sempat berdoa meminta sesuatu kepada Allah ?? ibunya Ilham menjawab
saya tidak mengerti dan saya tidak tahu kalau saat itu adalah malam
Lailatu Qodar saya tidak sempat meminta bahkan saya ketakutan tubuh
merinding saya lari ke kamar saya tutup pintu mendadak hari kembali
gelap..
Di lain waktu saat ibunya ilham masih
hidup pernah bercerita tentang masa lalu saat tinggal di kampung dulu
kondisi kampung masih hutan belantara jarak antara rumahnya dengan
tetangga lainnya cukup jauh dan dibelakang rumah banyak kuburan
muslimin. Saat itu Ilham masih dalam kandungan usia kandungan baru 5
bulan. Keanehan sering terjadi setiap malam kamis dan malam jum'at
menjelang subuh selalu terdengar suara ada orang yang sedang Azan suara
orang yang sedang sholat berjama'ah hingga suara zikir Tahlil begitu
ramainya لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ
di alam kubur suara itu begitu jelasnya sampai tiba datangnya waktu
subuh suara itupun mendadak hilang. Jarak rumah yang begitu jauh dengan
masjid tidak ada suara azan yang terdengar hingga ke rumah. Ibu pergi
mencari sumber suara itu ternyata suara itu datangnya dari belakang
rumah di kuburan makam kaum muslimin tampak kuburan itu penuh dengan
cahaya terang benderang.... Suara Azan, sholat berjama'ah hingga suara
Tahlil Zikir itu terus menerus menggema dari dalam kubur. Suara itu
terus berlangsung beberapa bulan lamanya hingga usia kehamilan 9 bulan
sampai akhirnya pada suatu malam lahir seorang anak lelaki yang di beri
nama Ilham. Gema suara Azan suara orang sholat dan suara tahlil zikir
itupun hilang tidak pernah terdengar lagi tuk selamanya.
Inilah
sekelumit Manaqib Sulthonul Awlia Sayyidi Ahmad Shohibul Wafa Tajul
Arifin. Kisah seorang ikhwan namanya Ilham saat itu masih duduk di
bangku Kelas 2 SMU Ilham mengambil bai'at TQN yang mentalqin adalah KH.
Muhammad Nur dari Pontianak. Pada waktu itu Pak Wong seorang Pensiunan
Polisi sering ke Suryalaya dan bertemu Abah Anom ilham pun tidak lupa
menitipkan surat tuk disampaikan ke Abah minta do'a tuk meraih segala
impian. Saat itu cita-cita ilham tinggi sekali ingin masuk AKABRI namun
apa yang ingin diraihnya tidak tercapai pada akhirnya memutuskan tuk
melanjutkan pendidikan ke bangku Kuliah di IAILM Suryalaya Tasikmalaya.
Segeralah Ilham berangkat menuju kesana ditemani oleh bibinya. Saat itu
di Suryalaya lagi ada Manaqiban Jama'ahnya luar biasa banyaknya. Ilham
ikut menyimak pengajian itu hingga usai kemudian ikut antri bersama para
jama'ah sekedar inginbersilaturahmi bertemu Abah.
Setelah sekian lama mengantri tibalah saatnya giliran Ilham bersalaman kemudian mencium tangan Sang Wali Agung hati penuh syukur bisa berjumpa dengan orang yang paling di cintai oleh Allah dan Rasulnya. akhirnya bertemu. Selesai dari tempat Abah, kemudian Ilham dibawa bibinya silaturahmi ke rumah Mama Otin Putri Abah. singkat cerita mama Otin menerima perintah dari Abah membawa sebuah mangkuk putih terdapat makanan bekas Abah diberikan kepada Ilham tuk dimakan.
Setelah sekian lama mengantri tibalah saatnya giliran Ilham bersalaman kemudian mencium tangan Sang Wali Agung hati penuh syukur bisa berjumpa dengan orang yang paling di cintai oleh Allah dan Rasulnya. akhirnya bertemu. Selesai dari tempat Abah, kemudian Ilham dibawa bibinya silaturahmi ke rumah Mama Otin Putri Abah. singkat cerita mama Otin menerima perintah dari Abah membawa sebuah mangkuk putih terdapat makanan bekas Abah diberikan kepada Ilham tuk dimakan.
Waktu
berjalan begitu cepat tak terasa saat wisuda pun tiba, Ilham berhasil
meraih Gelar Sarjana. Ibu tercinta datang menjemput ke Suryalaya maka
menghadaplah Ilham dan ibunya kepada Guru Tercinta Pangersa Abah Anom
ingin pamitan pulang ke kampung halaman mohon doa restu dari
Pangersa Abah... Abah pun berpesan kepada Ilham bahwa Pangersa Abah
telah memberikan ilmunya kepada Ilham maka kembangkanlah Thoriqoh
Qodiriyyah Naqsyabandiyyah...
Setelah dapat doa restu dari Abah, Ilham bersama ibu tercinta berangkat pulang ke kampung halaman selamat asampai tujuan. Sesampainya ke Kampung halaman informasi yang beredar di kalangan ikhwan bahwa saat Ilham pertama kali berkirim surat ke Abah dulu Abah sudah pernah berucap ke salah seorang sesepuh Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyah di daerahnya dikemudian hari nanti Ilham akan menimba ilmu ke Suryalaya. Begitupun sewaktu dalam perjalanan hendak menimba ilmu ke Suryalaya sewaktu Ilham masih dalam perjalanan Abah pernah mengirim orang kepercaya'annya tuk menunggu Ilham di gerbang Suryalaya.
Pada suatu hari Ilham menerima Ijazah Saifi Hizbul Yamani dari Abah Anom di amalkan selama 40 hari pada saat itu usianya masih sangat muda tuk menerima Ijazah Saifi baru 20 tahun, Amalan Saifi ini umumnya dibaca cukup 1 kali dalam sehari selama 40 hari tidak bersentuhan kulit dengan wanita. Namun Amalan yang Ilham baca tidak kurang dari 70 kali dalam sehari. Suatu hari Ilham pergi silaturahmi kepada pak Haji Dudun putra Abah yang paling tua anehnya beliau tiba-tiba memintanya tuk mengurangi jumlah bacaan Saifi Hizbul Yamani cukup 3 kali saja beliau melihat dengan mata batin tubuh Ilham menyala seperti bara. Alm. Pak Haji Dudun bercerita dulu pernah ada di Suryalaya seorang ikhwan yang mendapatkan ijazah Saifi Hizbul Yamani dari Abah di amalkan cukup 1 kali dalam sehari tetapi dia mencoba membacanya sebanyak 3 kali mendadak tubuhnya kepanasan lalu melompat ke kolam. Beliau mengatakan bersyukurlah kepada Allah telah di anugrahi kekuatan fisik...
Di Suatu malam Ilham bermimpi berenang di tengah samudra yang luas menyelam ke dalam samudera dan mendapatkan mutiaranya. Aneh memang esok harinya ingin jalan kaki ziarah makam wali saat itu baru liburan semester. Kisah ini terjadi pada tahun 2002, tersebutlah beberapa orang mahasiswa IAILM Pesantren Suryalaya berdiskusi di kampus dan berbicara kesana kemari dari yang bersifat politik, sosial, dan apa saja tentang isu pekembangan terbaru saat itu. Obrolan pun berlanjut kepada kajian tasawuf dan sejarah tasawuf di masa Abah Sepuh. Salah satu mahasiswa berkata : eh.. kawan gimana kalau kita lakukan napak tilas Abah sepuh, yaitu ziarah berjalan kaki walisongo sampai ke Madura. Agar kita mendapatkan barokah. Maka sepakatlah tiga orang mahasiswa menghadap Abah Anom yaitu, Subhan Fajri ( Sekarang sudah jadi Trainer juga Dosen Universitas Latifah Mubarokiyyah Suryalaya ), Ahmad Zaky ( sekarang jadi seorang Pendidik di Brebes ) dan Ilham.
Ketika menghadap Abah Anom beliau diam menunduk tawajjuh, kemudian Abah menunjuk sambil berkata ; kamu ( Subhan Fajri ) mandi malam saja selama 40 hari, dan kamu ( Ahmad Zaky ) puasa kifarat selasa, rabu dan kamis, malam jumat melek, dan kamu yang ketiga ( Ilham ) silahkan berangkat..” setelah itu ketiga mahasiswa pamit dari madrasah dalam kebingungan, apalagi orang yang ketiga ternyata Ilham di izinkan Abah Anom dan nyatanya harus berangkat sendirian, tidak sesuai dengan rencana awal bersama berangkat.
Sambil terus berfikir, maka sepakat saling memotivasi harus menjalankan apa yang di izinkan oleh gurunya, walaupun Ilham merasa berat sekali karena alasan tidak ada teman dan memang belum pernah sama sekali ke daerah jawa dan Madura. Dan beberapa hari kemudian Ilham-pun berangkat memulai perjalanan, yang sebelumnya ziarah ke makam Abah Sepuh, bekal uang sebesar Rp. 55.000 telah disiapkan. Cukup tidak cukup ia hanya punya keyakinan akan karomat gurunya dan ia pun siap pasrah.
Setelah beberapa hari Ilham berangkat, Ahmad Zaky ( yang mendapatkan izin puasa ) bersikeras ingin ikut napak tilas pergi menyusul dari Brebes Jawa tengah dan bertemu Ilham disana. Akhirnya beriring-iringan kedua mnahasiswa itu, walau Ilham agak khawatir karena dia tidak di izinkan oleh gurunya. Perjalananpun dimulai dan anehnya sampai di Demak selesai ziarah ke Makam Sunan Kalijaga kaki si Zaky lecet dan mulai bengkak akhirnya menyerah ia pun pulang lagi ke Brebes naik kendaraan umum, karena benar-benar tidak kuat untuk melanjutkan perjalanan. Tapi anehnya Ilham terus berjalan dan merasakan kakinya terasa ringan. Zaky sadar Abah tidak merestui hingga ia tidak ada kekuatan. Singkat cerita Ilham berhasil melakukan perjalanan selama 2 bulan sepuluh hari dengan menghabiskan sekitar 7 sandal jepit. Dan selama perjalanan itu pula banyak mengalami keanehan-keanehan yang luar biasa, ia tidak pernah kelaparan, bahkan modal uang hanya Rp. 55.000 bertambah hampir satu juta lebih.
Ilham mulai berangkat diam-diam dari Suryalaya jam 5 sore dengan membawa uang Rp. 55.000 jalan kaki menuju Panjalu ziarah disana kemudian pergi berjalan menuju Cirebon tuk beriarah ke Makam Sunan Gunung Jati kemudian ke Makam Syeikh Tolhah dan mampir di rumah sahabat Subhan Fajri silaturahmi kepada orang tuanya kemudian melanjutkan perjalanan ke Brebes bertemu Zaky kemudian ziarah menuju Jawa tengah dan Jawa Timur hingga akhirnya sampailah ke Pamekasan Madura. Selain zirah ke makam wali songo tidak lupa ziarah ke makam para wali lainnya ziarah ke makam Syeikh Abdul Muhyi Pamijahan, makam Sunan Pandanaran, Sunan Sendang Duwur, Syeikh Siti Jenar, Kyai Saleh Darat, Kyai Musyaffa Kaliwungu, Habib Abu Bakar As-Saqqaf Gresik, Syeikh Kholil Bangkalan dll... Ilham tidur malam hari menginap di Masjid dan selesai sholat Subuh melanjutkan perjalanan ziarah bahkan tidak sedikit orang di jalan yang menawarkan naik mobilnya di sepanjang perjalanan selama ziarah berlangsung Ilham lebih memilih tuk tetap berjalan kaki pulang pergi ziarah wali songo. Perjalanan jalan kaki pulang pergi memakan waktu selama 2 bulan lewat 10 hari dalam keadaan sehat wal'afiat. Pada Semester awal Ilham tidak masuk kuliah, saat itu ada pengabsenan hanya Ilham yang tidak hadir dicari oleh Dosen akhirnya Subhan Fajri buka rahasia Ilham masih dalam perjalanan napak tilas semua mahasiswa yang tidak tahu jadi pada tahu semua, beberapa hari kemudian sampai juga ilham ke Suryalaya dalam keadaan selamat sehat wal'afiat dan kembali masuk kuliah saat jumpa teman di kampus kena berondong berbagai macam pertanyaan....
Selama napak tilas ilham tidak merasa kekurangan uang namun sebaliknya uang seadanya yang ia bawa itu terus saja bertambah banyak tidak habis tiap kali dipakai berbelanja baik itu makanan maupun minuman di warung atau pertokoan. Tiap kali singgah berbelanja makanan minuman banyak di perhatikan orang, selalu ada saja yang mereka pertanyakan mengenai arah tujuan terus memberi uang tanpa Ilham sangka, ada yang memberi sejumlah roti, indomie sampai tas yang ia miliki tidak muat lagi, barang bawaan pun jadi bertambah berat tuk di bawa selama masa perjalanan tentunya dalam perjalanannya ia bagikan lagi makanan minuman itu kepada para musafir tuk meringankan beban bawaannya. Seringkali selama berbelanja pemilik warung dan pertokoan minta di do'akan buat kelancaran usahanya dll... mereka pun memberi uang kepada ilham, begitulah seterusnya uang jadi semakin banyak hingga selesai masa perjalanan napak tilas selamat sampai tujuan. Semua ini berkah karomah Guru Mursyid Pangersa Abah Anom.
Ilham mendengar di masa ini ada 4 Wali Mursyid yang Masyhur dan banyak orang menyebutnya Sulthon Aulia di masa ini di antaranya adalah Alm. KH. Zaini Abdul Ghani Al-Aidrus ( Guru Sekumpul, Martapura Kalimantan Selatan ), Syaikh Nazim Adil Haqqani Al-Qubrusi An-Naqsbandi dari Cyprus Turkey, Al-Habib Abdul Qodir As-Saqqof dari Jeddah dan yang terakhir Sayyidi Syaikh Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin ( Abah Anom, Suryalaya Tasikmalaya ). Sulthon Aulia hanya satu di setiap masa tidak mungkin lebih dialah Wali Mursyid yang paling taqwa pada zamannya.
Singkat cerita Ilham bersama Ustaz Jufri ikut juga bersama anak istri Pamitan ke Abah Anom mau Pulang Ke Pontianak di tengah kondisi padatnya arus mudik Lebaran 2007. Sebelum berangkat Ustaz Jufri sempat telpon ke Pengurus tiket Tanjung Priok dapat kabar masih ada tiket namun sesampainya di Pelabuhan Tanjung Priok kaget bukan kepalang tidak kedapatan tiket lantaran tiket keburu habis di beli orang sedangkan barang yang dibawa banyak. Mau balik lagi ke Tasikmalaya tidak mungkin ongkos pas-pasan. Mereka ikhtiar mohon bantuan para petugas kapal agar bisa bantu mereka dapat naik dan ikut berangkat seperti yang lain pembayaran langsung di atas kapal, namun usahanya selalu sia-sia permintaan di tolak mentah-mentah tanpa belas kasih. Ketatnya pengawasan Kapal lantaran belum lama ada kasus tenggelamnya kapal Laut Senopati yang banyak memakan korban Jiwa, Kapal membawa angkutan melebihi kapasitas. Air mata pun metetes di pipi ustaz jufri bersama isteri dan anaknya yang masih bayi menangis keras. Ilham duduk termenung hatinya begitu perih, sakit hatinya melihat pemandangan yang baru saja ia saksikan sendiri. Hari sudah larut malam berada di pelabuhan dan kapal pun sudah di hidupkan siap mau berangkat meninggalkan mereka, pakaian mulai basah di guyur Hujan fikiran jadi panik. Berkecamuklah dalam diri ilham berbagai pertanyaan besar tentang siapa gurunya apa maqomnya segala bentuk karomah Abah Anom sering ia dengar tidak sedikit Ulama yang meyakininya sebagai hamba Allah yang paling taqwa pada zamannya Sulthon Aulia pada masanya. Namun di lain pihak pun punya keyakinan yang sama mengenai Guru Mursyidnya. Banyaknya perbedaan keyakinan mengenai hal ini ada yang meyakini sesungguhnya Mursyid dari Thoriqoh Alawiyah Al Habib Abdul Qodir As-Saqqof di Jeddah dialah sulthon Aulia pada masanya, keyakinan berbeda dari Thoriqoh Naqsbandi Haqqani juga menyatakan Syaikh Muhammad Nazim Adil Haqqani adalah sulthon aulia di zamannya. Keyakinan yang sama tidak kalah datangnya dari jama'ah Thoriqoh Sammaniyyah yang meyakini Tuan Guru Sekumpul Syaikh Ahmad Zaini Abdul Ghani Al Aidrus Martapura
….. nah dalam kepanikan itu terlontarlah ucapan dan janji Ilham saat itu selaku Muridnya Abah Anom ilham sempat berucap kepada Ustaz Jufri, Jika benar Pangersa Abah Anom itu Sulthon Aulia zaman ini pasti bisa masuk dengan kehendak Allah melalui perantaran berkah karomahnya….. jika kapal itu meninggalkan kita Ilham telah berjanji pada diri sendiri tidak akan pernah mengakui Pangersa Abah Anom sebagai Sulton Aulia walaupun seluruh ulama mengakuinya Ilham hanya mengakui Pangersa Abah sebagai Wali Mursyid saja….. Ilham berdoa mohon pada Allah Yang Kuasa agar di tunjukkan siapa sebenarnya Pangersa Abah Anom itu benarkah keyakinan orang-orang mengenainya yang meyakininya sebagai Sulthon Aulia sejak tahu 2001 silam ??? di saat yang sama hidup juga 3 orang Mursyid Agung di negeri yang jauh tidak kalah masyhurnya di yakini oleh jama'ahnya sebagai Sulthon Aulia di zamannya. Dalam suatu pemerintahan hanya ada 1 raja tidak mungkin berjumlah 4 orang dalam waktu dan masa yang sama.
Ilham pun bermunajat kepada Allah mohon di tunjukkan siapa di antara 4 org Wali Mursyid yang telah mencapai maqom sulthon aulia tuk zaman ini jadikan lah hamba yang lemah ini sebagai salah seorang saksi hidup… tunjukkanlah hambamu ini satu isyarat saja tuk bisa mengenalnya yakin seyakin-yakinnya tanpa syak wasangka bahwa beliau Syaikh Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin sesungguhnya SULTHON AULIA ZAMAN INI……Subhanallah beberapa menit kemudian dengan kehendak Allah SWT melalui perantaraan barokah karomah Pangersa Abah Anom beberapa menit kemudian kami di panggil para Petugas kapal secepatnya masuk ke dalam kapal lewat lantai bawah karena tangga di atas kapal sudah di tutup rapat, di dalam kapal pun di lindungi sebagian petugas kapal, untuk alas kasur dan makan di antar oleh para petugas kapal, bayar ongkos berangkat langsung di atas kapal dengan harga terjangkau, tidak terkena pemeriksaan karena mendapat perlindungan langsung dari sebagian petugas kapal mereka pun begitu di hormati oleh para petugas kapal hingga sampai ke tujuan dengan selamat...
Selama menjalani Riadhoh Thoriqoh ada beberapa hal yang sangat sulit di pahaminya di antara beberapa impiannya, hanya kepada Allah ia berpasrah diri.
Suatu Malam Ilham pernah mengalami mimpi yang aneh yang sulit di mengerti mimpi bertemu Guru Agung Pangersa Abah Anom...
Suatu Malam Ilham bermimpi bertemu
Pangersa Abah Anom... dalam mimpi itu beliau sedang berjalan-jalan
dengan kursi rodanya mendadak ibu jari kaki kanan beliau tersandung
sebuah batu besar beliau pun merasakan sesuatu di ibu jari kaki kanannya
sakit kemudian rasa itu naik berpindah dan terkumpul seluruhnya di
telunjuk jari kanannya yang terus membengkak seperti sebuah bisul yang
telah masak beliau terus komat kamit seperti membaca sesuatu kemudian
pecahlah bisul itu, dari telunjuk jari kanan beliau yang mulia itu
memuncratkan darah merah segar jatuh ke tanah. Ilham rebut darah itu di
tanah tanpa sisa semuanya sudah terkumpul di genggaman tangan kanannya
anehnya Ilham tempelkan darah segar beliau itu ke jidatnya sambil
berucap berkah karomah Pangersa Abah Anom.... Ilham terbangun dari
tidurnya waktu menunjukkan sepertiga akhir malam.
Di
waktu yang berbeda 4 bulan sebelum meninggalnya Wali Mursyid dari
Thoriqoh Sammaniyyah Tuan Guru Sekumpul Sayyidi Ahmad Zaini Abdul Ghoni
Al 'Aidrus Martapura Kalimantan Selatan. Berjumpa beliau belum pernah
selama ini hanya bisa melihat foto dan mendengar kebesaran dan keharuman
nama beliau dari para ikhwan. Dalam tidurnya Ilham bermimpi datang
bersilaturahmi ke Madhrasah beliau yang mulia. Di sana telah berkumpul
para ulama dan habaib semuanya berjubah putih duduk mengelilingi beliau
yang sudah sangat kelelahan seperti hendak akan pergi jauh. Ilham
kemudian duduk paling belakang ia perhatikan wajah beliau pucat dan
sangat kelelahan memakai busana jubah putih tanpa kopiah tanpa sorban.
Tuan Guru sekumpul seperti menyampaikan wasiat terakhir beliau kepada
semua hadirin yang ada. setelah memberikan wasiat terakhir semua hadirin
pun bubar pamitan pulang ke tempatnya masing-masing dan Tuan Guru
Sekumpul pun masuk kembali ke kamar pribadinya. Tinggallah Ilham sendiri
di ruang itu dalam hatinya ia bermunajat kepada Allah ' Ya Allah hamba
yang lemah ini datang dari jauh ingin bersilaturahmi kepada orang yang
Engkau kasihi namun beliau masuk kedalam kamarnya. Tiba-tiba beliau
keluar dari kamarnya memakai kopiah dan sorban putihnya beliau pun duduk
berhadapan sambil berkata ' ada hajat apa ananda datang kemari ??
kemudian Ilham jawab ' ingin menimba ilmu kepada Tuan Guru apapun itu.
Tuan Guru Sekumpul pun diam sejenak bertawajjuh kemudian beliau membuka
mulutnya keluarlah dari mulut beliau yang mulia nasi ketan dan beliau
letakkan di hadapan Ilham. Beliau memerintahkan Ilham tuk memakan nasi
ketan itu namun Ilham sedikit enggan tuk memakannya ia perhatikan nasi
ketan itu telah bercampur dengan air liur beliau namun karena itu
perintah Tuan Guru langsung Ilham makan nasi ketan itu sampai habis.
Tiba-tiba beliau menangis menengadahkan tangannya terus berdoa dan dalam
doanya beliau selalu mengucap berkah karomah Aulia Allah....
Terbangunlah Ilham dari tidur kemudian melihat jam waktu telah menunjukkan jam 2 malam...
MENYADARKAN KYAI SAKTI
Diceritakan Bapak Etje Juardi, ada Ulama yang dikenal sakti namanya Kyai Jured.
Suatu hari Kiai tersebut memiliki rencana untuk menguji karomah Abah Anom dengan kesaktian yang dimilikinya.
Kiai tersebut datang ke Pondok Pesantren Suryalaya dengan satu bis yang membawa 70 santrinya. Semua santri disebar disekitar Pesantren Suryalaya, setelah Kiai itu masuk ke halaman Abah Anom, tidak disangka Abah Anom sudah berada didepan madrasah dan menyuruh Kiai untuk masuk ke madrasah Abah Anom bersama 70 santrinya yang telah disebar. Kiai tersebut merasa kaget akan kasyaf (penglihatan batin)nya Mursyid TQN. Abah Anom meminta Kiai tersebut dan para santrinya untuk makan dahulu yang telah Beliau sediakan di madrasah.
Di dalam madrasah Kiai memuji Abah Anom tentang pesantren Beliau yang sangat luas nan indah, tetapi dibumbui kritik secara halus tentang kekurangan pesantrenya yaitu tidak adanya burung cendrawasih, burung yang terkenal akan bulunya yang indah. Beliau hanya tersenyum dan menimpalinya dengan jawaban yang singkat : “Tentu saja Kiai”. Suatu di luar jangkauan akal setelah jawaban itu burung cendrawasih yang berbulu indah melayang-layang di dalam madrasah yang sesekali hinggap. Kejadian itu membuat terpesonanya akan karomah yang dimiliki Beliau, Kiai itu diam seribu bahasa.
Keajaiban lagi, ketika makan dengan para santrinya yang 70 pun nasi yang di sediakan dalam bakul kecil itu tidak pernah habis.
Namun, Kiai ini masih penasaran dan tidak mau kalah begitu saja, setelah makan Kiai tersebut meminta kepada Beliau untuk mengangkat kopeah/peci yang telah “diisi“, yang sebelumnya dicoba oleh para santrinya tidak terangkat sedikitpun. Subhanallah .. hanya dengan tepukan tangan Abah Anom ke lantai kopeah itu melayang-layang.
Selanjutnya Kiai tersebut mengeluarkan batu yang telah disediakan sebelumnya, dan batu itu dipukul dengan “kekuatan” tangannya sendiri sehingga terbelah menjadi dua, sedangkan belahannya diberikan kepada Abah Anom. Kiai itu meminta kepada Abah Anom untuk memukulnya sebagaimana yang telah dicontohkannya.
Abah Anom mengatakan kepada kiai itu : “Abah tidak bisa apa-apa, baiklah” selanjutnya batu itu diusap oleh tangan Abah dan batu itu menjadi air ,subhanallah…
Kiai menguji lagi karomah Abah Anom dengan kelapa yang telah dibawa santri dari daerahnya. Kiai tersebut meminta yang aneh-aneh kepada Abah Anom agar isi dalam kelapa tersebut ada ikan yang memiliki sifat dan bentuk tertentu.
Dengan tawadlunya Abah Anom menjawab: “Masya Allah, kenapa permintaan kiai ke Abah berlebihan?, Abah tidak bisa apa-apa .
Selanjutnya Abah Anom berkata : “ Baiklah kalau begitu, kita memohon kepada Allah. Mudah-mudahan Allah mengabulkan kita”. Setelah berdoa Beliau menyuruh kelapa itu untuk dibelah dua, dan dengan izin Allah didalam kelapa itu ada ikan yang sesuai dengan permintaan sang kiai. Subhanalllah…
Selanjutnya, entah darimana datangnya di tangan Abah Anom sudah ada ketepel, dan ketepel itu diarahkan atau ditembakan kelangit-langit madrasah, sungguh diluar jangkauan akal, muncul dari langit-langit burung putih yang jatuh dihadapan Kiai dan Beliau
Setelah kejadian itu, Kiai menangis dipangkuan Abah Anom Akhirnya Kiai memohon kepada Abah Anom untuk diangkat menjadi muridnya.
Kiai itu ditalqin dzikir TQN Setelah ditalqin Kiai menangis dipangkuan Abah Anom sampai tertidur. Anehnya, Bangun dari tidur sudah berada dimesjid. Subhanallah….
Suatu hari Kiai tersebut memiliki rencana untuk menguji karomah Abah Anom dengan kesaktian yang dimilikinya.
Kiai tersebut datang ke Pondok Pesantren Suryalaya dengan satu bis yang membawa 70 santrinya. Semua santri disebar disekitar Pesantren Suryalaya, setelah Kiai itu masuk ke halaman Abah Anom, tidak disangka Abah Anom sudah berada didepan madrasah dan menyuruh Kiai untuk masuk ke madrasah Abah Anom bersama 70 santrinya yang telah disebar. Kiai tersebut merasa kaget akan kasyaf (penglihatan batin)nya Mursyid TQN. Abah Anom meminta Kiai tersebut dan para santrinya untuk makan dahulu yang telah Beliau sediakan di madrasah.
Di dalam madrasah Kiai memuji Abah Anom tentang pesantren Beliau yang sangat luas nan indah, tetapi dibumbui kritik secara halus tentang kekurangan pesantrenya yaitu tidak adanya burung cendrawasih, burung yang terkenal akan bulunya yang indah. Beliau hanya tersenyum dan menimpalinya dengan jawaban yang singkat : “Tentu saja Kiai”. Suatu di luar jangkauan akal setelah jawaban itu burung cendrawasih yang berbulu indah melayang-layang di dalam madrasah yang sesekali hinggap. Kejadian itu membuat terpesonanya akan karomah yang dimiliki Beliau, Kiai itu diam seribu bahasa.
Keajaiban lagi, ketika makan dengan para santrinya yang 70 pun nasi yang di sediakan dalam bakul kecil itu tidak pernah habis.
Namun, Kiai ini masih penasaran dan tidak mau kalah begitu saja, setelah makan Kiai tersebut meminta kepada Beliau untuk mengangkat kopeah/peci yang telah “diisi“, yang sebelumnya dicoba oleh para santrinya tidak terangkat sedikitpun. Subhanallah .. hanya dengan tepukan tangan Abah Anom ke lantai kopeah itu melayang-layang.
Selanjutnya Kiai tersebut mengeluarkan batu yang telah disediakan sebelumnya, dan batu itu dipukul dengan “kekuatan” tangannya sendiri sehingga terbelah menjadi dua, sedangkan belahannya diberikan kepada Abah Anom. Kiai itu meminta kepada Abah Anom untuk memukulnya sebagaimana yang telah dicontohkannya.
Abah Anom mengatakan kepada kiai itu : “Abah tidak bisa apa-apa, baiklah” selanjutnya batu itu diusap oleh tangan Abah dan batu itu menjadi air ,subhanallah…
Kiai menguji lagi karomah Abah Anom dengan kelapa yang telah dibawa santri dari daerahnya. Kiai tersebut meminta yang aneh-aneh kepada Abah Anom agar isi dalam kelapa tersebut ada ikan yang memiliki sifat dan bentuk tertentu.
Dengan tawadlunya Abah Anom menjawab: “Masya Allah, kenapa permintaan kiai ke Abah berlebihan?, Abah tidak bisa apa-apa .
Selanjutnya Abah Anom berkata : “ Baiklah kalau begitu, kita memohon kepada Allah. Mudah-mudahan Allah mengabulkan kita”. Setelah berdoa Beliau menyuruh kelapa itu untuk dibelah dua, dan dengan izin Allah didalam kelapa itu ada ikan yang sesuai dengan permintaan sang kiai. Subhanalllah…
Selanjutnya, entah darimana datangnya di tangan Abah Anom sudah ada ketepel, dan ketepel itu diarahkan atau ditembakan kelangit-langit madrasah, sungguh diluar jangkauan akal, muncul dari langit-langit burung putih yang jatuh dihadapan Kiai dan Beliau
Setelah kejadian itu, Kiai menangis dipangkuan Abah Anom Akhirnya Kiai memohon kepada Abah Anom untuk diangkat menjadi muridnya.
Kiai itu ditalqin dzikir TQN Setelah ditalqin Kiai menangis dipangkuan Abah Anom sampai tertidur. Anehnya, Bangun dari tidur sudah berada dimesjid. Subhanallah….
ABAH MENGETAHUI ISI HATI MURIDNYA
Tersebutlah
seorang kiayi bernama KH.Tohir yang sedang menimba ilmu di salah satu
pesantren di kotanya. Konon Sang Guru yang mengajarkan ilmu di
pesantrennya tersebut melarang Kiayi Tohir untuk tidak menemui seorang
kiayi besar yang tinggal di Suryalaya bernama Abah Anom, apalagi berguru
kepadanya.
Namun, setelah melalui penelusuran dan pembelajaran ilmu tassawuf yang
diajarkan di Pesantren Suryalaya, akhirnya kiayi Tohir meminta kepada
Abah Anom untuk dibaiayat atau ditalqin dzikir (di ajarkan dzikir
Thoriqoh). Namun, tentu saja dalam benak kiayi Tohir kunjungannya ke
Abah Anom yang tanpa sepengatahuan gurunya itu akan membuat murka di
pesantren dikotanya. Apalagi, setelah di talqin dzikir (pengajaran
dzikir thoriqat) ada suatu amanat dari Abah Anom yakni ucapan salam yang
harus disampaikan kepada guru dipesantrennya. Ketika kiayi Tohir sedang
duduk menunggu sholat berjamaah di Mesjid Nurur Asror di Kompleks
Pesantren Suryalaya sebelum ia kembali bertolak ke kampung halamannya,
pikirannya terus berkecamuk tidak bisa tenang. Ketika dalam benaknya
terbersit bagaimana wajah murka gurunya yang sedang memarahinya
habis-habisan karena ketidak taatannya, tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya dengan sorban dan berkata: “Tong sok goreng sangka kabatur, komo ka guru soranganmah, boa teuing teu kitu! dalam
bahasa Indonesia : “jangan selalu berburuk sangka terhadap orang lain,
apalagi terhadap guru sendiri, belum tentu seperti itu “. Kiyai Thohir
begitu kaget ternyata yang menepuk pundak dan membaca pikirannya itu
adalah guru ruhaninya yang baru, yaitu Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul
‘Arifin ra (Abah Anom). Dari kejadian itu Kiai Thohir mendapatkan
pelajaran yang berharga bahwa seorang guru ruhani Mursyid Thoriqoh
Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah bisa mengetahui hati murid-muridnya
dimanapun mereka berada. Mursyid akan terus mengawasi dan membimbing
hati murid-muridnya agar hati selalu menuju Allah
Sepulang
dari Pesantren Suryalaya dan kembali ke Pesantren dikampungnya, Kiai
Thohir menyampaikan amanat salam dari Mursyid Kammil Mukammil Syekh
ahmad Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin ra kepada gurunya. Dan ternyata,
diluar dugaan Kiayinya yang dipesantren itu malah memuji Abah Anom
bahkan Kiayi Thohir sebagai salah satu murid kesayangannya itu
dianjurkan untuk menjalankan ajaran yang di bawa oleh Abah Anom sebagai
pewaris para Nabi.
Selanjutnya,
Kiayi Thohir mengabdikan diri sepenuhnya kepada Abah Anom dan
mengamalkan ajaran yang telah diajarkannya. Akhirnya Kiai Thohir
dipercaya menjadi salah satu wakil Talqin, yaitu orang yang di izinkan
untuk mengajarkan atau mengijazahkan dzikir Thoriqoh kepada orang yang
membutuhkannya.
BAYANGAN WAJAH ABAH ANOM MEMBUAT SEORANG PEMUDA BERTAUBAT DARI HOBI MELACUR
Cerita ini diambil dari ceramahnya KH.M.Abdul Gaous Saefulloh Al-Maslul atau Ajengan Gaos salah satu wakil Talqin Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya, Jawa Barat Indonesia.
Diceritakan ada seorang
pemuda yang hobinya melacur, pemuda tersebut berniat untuk berhenti dari
pebuatannya yang tercela. Sudah berbagai cara dilakukan untuk
menghentikannya itu tidak membuat minat lacurnya berhenti. Padahal,
pelaksanaan amalan ibadah yang “super ketat” atas petunjuk dari para
kiai yang pernah dikunjungi dari berbagai daerahpun belum berhasil.
Jadi, Sudah tidak asing lagi baginya riyadloh (latihan) seperti puasa,
dzikir, sholat baik yang sifatnya wajib maupun sunat dan amalan lainnya.
Dalam
keadaan kondisi jiwa yang begitu kritis, datanglah pemuda itu ke Pondok
Pesantren Suryalaya untuk menemui seorang Waliullah yaitu Abah Anom dan
menceritakan maksud kedatangannya. Abah Anom berkata : “Tidak apa-apa,
asal jangan dilakukan didepan Abah”. Setelah itu pemuda yang hobi “jajan” perempuan ditalqin dzikir TQN untuk diamalkan.
Seperti biasa pemuda
tersebut datang ke hotel yang telah dipesan untuk melaksanakan hasrat
nafsunya “meniduri” wanita pelacur. Setelah siap-siap semuanya, terbesit
dalam jiwanya akan bayangan wajah Abah Anom “Asal jangan dihadapan
Abah!”, pemuda itu terkejut dan gelisah, dengan segera meninggalkan
hotel. Gagallah keinginan nafsunya.
Dihari yang lain, pemuda
itu datang lagi ke hotel untuk melaksanakan hasrat nafsunya yang tidak
terbendung. Namun, disaat detik-detik akan melaksanakan maksiatnya
muncul wajah Abah Anom “Tidak apa-apa, asal jangan dihadapan Abah”.
Pemuda itu kembali mengurungkan niatnya dan kembali pulang.
Kejadian itu terus
terulang selalu melihat bayangan wajah Abah Anom disaat-saat akan
melakukan maksiat dengan pelacur. Akhirnya, dengan kejadian itu pemuda
tersebut menghentikan dari hobinya melacur untuk selamanya dan menjadi
pengamal Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah.
Sesungguhnya kejadian itu
suatu anugrah dari Allah untuk hamba yang dicintai dengan perantara
Mursyid sebagai pilihan-Nya. Subhanallah..
Bayangan wajah Mursyid
itu adalah sebagai burhana robbihi (cahaya / tanda dari Allah) yang
membawa berkah terhadap pemuda tersebut.
Kita
teringat akan kisah salah satu utusan Allah yaitu Nabi Yusuf as. yang
ditolong Allah ketika akan terjadi maksiat dengan Siti Zulaikha. Dalam
al-Qur’an Surat Yusuf ayat 24: “Sesungguhnya wanita itu
telah bemaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf-pun
bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu (Zulaikha) andaikata tidak
melihat burhana robbihi yaitu tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah agar
Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya
Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” (QS: Yusuf 24)
Dalam ayat
ini terdapat perkataan Allah “Burhana Rabbihi”. Menurut perkataan Imam
Ibnu Katsir dalam Tafsir Ibnu Katsir, juz II / 474 : “Adapun
maksud “Burhaana Rabbihi” yang terlihat oleh Yusuf, maka terdapat
beberapa pendapat. Menurut sahabat Abdullah bin Abbas, Said, Mujahid,
Sa’id bin Jubair, Muhamad bin Sirin, Hasan, Qatadah, Ibnu Sholeh,
Dlohah, Muhammad bin Ishaq dan lain-lain yakni Yusuf melihat bayangan
ayahnya (Ya’kub), rupanya, bentuknya seakan-akan ayahnya marah-marah.
Menurut sebagian riwayat memukul dada Yusuf. Al-‘Aufi berpendapat dari
Ibnu Abbas, maksud perkataan itu ialah Yusuf teringat kepada bayangan
wajah suami Zulaikha yaitu raja Qithfir yang seolah-olah ada dirumah dan
mengetahui apa yang akan diperbuat Yusuf. Demikian juga Muhammad bin
Ishaq berpendapat yang sama.” (Tafsir Ibnu Katsir, II / 474) Subhanallah…
DAGING BERUBAH JADI MANUSIA
Cerita ini diambil dari ceramahnya KH.M.Abdul Gaous Saefulloh Al-Maslul atau Ajengan Gaos salah satu wakil Talqin Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya, Jawa Barat Indonesia.
KH. Maksum memiliki seorang istri yang sedang mengandung. Menurut fonis dokter, istri kiayi tersebut bukanlah kehamilan normal yang biasanya terjadi pada seorang wanita. Namun istri KH.Maksum di vonis menderita kangker dan harus segera dioperasi.
Sang Kiayi akhirnya datang ke Suryalaya ingin bertemu Pangersa Abah Anom untuk meminta doa beliau agar istrinya diberi kelancaran saat operasinya nanti. Ketika kiayi Maksum mengutarakan maksudnya tersebut, Abah hanya berkata: “Heug, sing jadi jelema”, dalam bahasa Indonesia: iya, jadi manusia, maksudnya adalah semoga kandungan istri kiayi Maksum menjadi manusia dengan izin Allah.
Dan ternyata, baru saja istri kiayi Maksum satu langkah keluar dari rumah Pangersa Abah, dia merasakan gerakan-gerakan dalam rahimnya itu, subhanallah. Kontan saja istri kiayi Maksum kaget, dan langsung memeriksakan dirinya ke Dokter. Lalu apa kata Dokter? Subhanallah, Dokter pun sama terkejutnya dengan pasangan suami istri Kiayi Maksum tersebut.
Allahu Akbar, kun fayakun, dengan izin-Nya melalui doa Kekasih-Nya, daging jadi yang asalnya akan diangkat tersebut, ternyata berubah menjadi sesosok manusia kecil yang menggemaskan berjenis kelamin laki-laki. Ya, ternyata setelah dioperasi daging jadi itu berubah menjadi seorang bayi, yang diberi nama Sufi Firdaus.
Idos panggilan anak ini, hingga saat ini masih hidup dan mengabdikan dirinya untuk menjadi murid Syeikh Ahmad Shohibul wafa Tajul ‘Arifin qs. (Abah Anom).
TAUBATNYA SEORANG PEMUDA
Abdul telah tiada. Bunga
di atas kuburan Abdul yang terletak di area kuburan blok Nyongklang
Selajambe Kab. Kuningan tampak masih segar sekalipun sudah tiga hari
terpanggang panas terik matahari. Begitu pula gundukan tanah merah
tampak terlihat masih basah padahal kuburan sekelilingnya sudah kering
bahkan terlihat retak-retak akibat kemarau berkepanjangan.
Sepintas, tak ada yang
istimewa pada kuburan tersebut. Sama saja seperti kuburan yang lainnya.
Namun sesuatu yang beda akan terasa disana. Wangi bunga akan tercium
manakala orang melewati kuburan tersebut. Emangnya, siapa sich, yang
“tertidur” di dalam sana? Inilah kisahnya….
Adalah Abdul, seorang
laki-laki yang 3/4 usianya dihabiskan dalam lembah kemaksiatan. Di kota
Metropolitan, Abdul menjelma menjadi bajingan yang Super Haram Jadah. Ia
adalah jagoan yang tak pernah kenal rasa takut. Bagi sesama penjahat,
Abdul adalah momok yang menakutkan. Bagi polisi lelaki yang sekujur
tubuhnya dipenuhi tato wanita telanjang itu merupakan sosok penjahat
yang super licin yang sulit ditangkap karena kepandaiannya menggunakan
jampi-jampi sehingga mampu berkelit dari kejaran aparat. Kapanpun dan
dimanapun, perbuatan maksiat tak pernah ia lewatkan.
Hingga suatu malam di
bulan November 2005….. Niat jahatnya muncul kembali ketika melihat
seorang penumpang wanita sendirian di mobil omprengan daerah Plumpang,
Jakarta Utara. Bersama dua orang temannya, ditodongkannya pisau ke arah
sopir dan kernet yang tidak berdaya menghadapi ancaman tersebut.
Keduanya lalu diikat lalu Abdul CS. membawa kendaraan tersebut ke salah
satu tempat di Bogor yang sudah mereka persiapkan sebelumnnya.
Sesampainya di tempat,
Abdul CS. bermaksud untuk memperkosa wanita cantik tersebut. Dengan cara
paksaan, wanita itu -sebut saja Sinta- diminta untuk melayani nafsu
binatangnya. Namun Sinta berupaya sekuat tenaga untuk melepaskan diri
dari bahaya sambil berteriak : “Abah, Abah, Abah, tolong saya!”.
Subhanalloh, atas kehendak-Nya, disaat Abdul akan melampiaskan nafsu
kebinatangannya, tiba-tiba saja “burung” miliknya mendadak terkulai
lemas dan ia merasakan kesakitan yang luar biasa. Begitu juga kedua
temannya yang akan memperkosa Sinta mengalami hal serupa. Dalam keadaan
seperti itu, Sinta langsung melarikan diri………..
Setelah kejadian
tersebut, Abdul CS mengalami nasib naas. Kemaluannya membengkak dan tiga
bulan kemudian, dua orang temannya mati mengenaskan akibat “burung”nya
MEMBESAR. Untunglah, Abdul cepat sadar. Ia tahu, bahwa peristiwa
tersebut merupakan hukuman dari Allah atas dosa-dosa mereka yang telah
diperbuat. Lalu, ia menemuia salah seorang temannya yang sudah terlebih
dahulu insyaf dan bertaubat.
Setelah diutarakan maksud
dan kedatangannya, teman Abdul tersebut membawanya ke salah satu Majlis
Dzikir dan kemudian bertaubat. Melalui Kiayi yang menuntunnya, iapun
tahu bahwa taubat tidak berarti harus menghilangkan seluruh tato yang
ada ditubuhnya. Dengan semangat yang kuat dan tekad yang membaja,
Abdulpun mendapatkan Talqin Dzikir dan mengamalkan semua amaliahnya
seperti Khotaman meskipun dia hafalkan dari latinnya.
Teman-teman seprofesi
dulu di Jakarta banyak yang ia temui sehingga dia memutuskan untuk
hijrah dari Jakarta ke kampung halamannya, takut jika niat jahatnya
kembali muncul. Di kampung halamannya, masyarakat tidak begitu saja bisa
langsung menerimanya, malah menaruh rasa curiga bahkan tak jarang
kata-kata pedas sering dilontarkan kepadanya. Berbekal TANBIH dan
dzikrullah, ia tetap tersenyum dan berbaik budi. Sehingga akhirnya
masyarakatpun dapat menerima, bahwa Abdul telah kembali ke jalan yang
lurus.
Untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, dia menjadi buruh tani dan pekerjaan
serabutan lainnya hanya untuk sesuap nasi sehingga tetap bisa
melaksanakan amaliah dzikrullah seperti yang pernah didapatkannya di
Jakarta. Hingga akhirnya, pada hari Jum’at di tahun 2006 selepas Subuh,
ia dipanggil kembali oleh Allah dalam posisi Tawajuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar