SYEKH HAJI ABDUL HAMID PUTRA MARTAPURA BANJAR
SILSILAH RIWAYAT SINGKAT DARI: GUSTI
HADIJAH, SYEKH HAJI ABDUL HAMID WALI
ALLAH AL BANJARI / DATUK ABULUNG DAN JURIAT KETURUNAN DARI SAUDARA
KANDUNGNYA YANG BERNAMA DIPATI JAYA NEGARA - KESULTANAN BANJAR, MARTAPURA.
Haji
Abdul Hamid Wali Allah Al Banjari / Datuk Abulung (Asli Putra Banjar, Martapura)
terlahir dari seorang Ibu yang bernama GUSTI DAYANG JULAK (Panggilan untuk
anak Prempuan yang tertua - Asli keturunan dari bangsawan kerajaan Banjar)
terdiri dari 3 bersaudara, yaitu:
1. GUSTI HADIJAH [Juriat
keturunannya di Banjar Kal-Sel, dll].
2. H. ABDUL HAMID
WALI ALLAH / DATUK ABULUNG.
3. DIPATI JAYA
NEGARA.
Ad. 1. GUSTI HADIJAH.
Ad. 2. HAJI ABDUL HAMID WALI
ALLAH / DATUK ABULUNG.
SEKILAS
RIWAYAT SILSILAH DAN PENGARUH H. ABDUL HAMID WALI ALLAH / DATUK ABULUNG DI
DUNIA ISLAM:
Dalam catatan silsilah keluarga
yang kami miliki yang usia dari catatan silsilah tersebut sudah berusia sekitar ± 148 tahun [1432 H – 1284 H = 148
tahun yang silam]. Bahwa sebagai
tolak ukuran pendekatan waktu tahun 1284 H [1863 M] ialah tahun dari salah
satu tahun “Penambahan Pasal-Pasal Undang-undang Adat Kerajaan Sintang dari 32
Pasal menjadi 67 Pasal pada masa Pemerintahan Penembahan Ade Abdurrasyid Kesuma
Negara I [1855-1889] yaitu tepatnya pada Empat Belas Hari Bulan Rabiu’ul Awal
1284 H. Dan di syahkan oleh Menteri-menteri Kerajaan Sintang. Salah satu
Menteri Kerajaan Sintang yang turut mengesyahkan Undang-undang tersebut ialah: PANGERAN LAKSEMANA II SEPAUK ADE ZAINAL
ABIDIN ALS. ADE INAL BIN PANGERAN LAKSEMANA I SEPAUK ABANG ABU TALIB.
Dalam hal ini perlu ada
penelusuran yang didukung oleh bukti-bukti dan fakta sejarah mengingat rentang
waktu dari akhir masa hidup HAJI
ABDUL HAMID WALI ALLAH / DATUK ABULUNG dengan pembuatan catatan
silsilah keluarga yang dibuat pada masa hidup YA’ BUJANG Bin NANANG MAS’ULUDIN ALS. NANANG SYAMSUDDIN Bin
ANDIN MUHAMMAD TUDIN ketika itu, rentang waktunya sekitar ± 75 tahun [223 - 148 = 75 tahun].
Pangeran Laksemana II Sepauk Ade
Zainal Abidin Als. Ade Inal ialah saudara kandung dari DAYANG REKUAN.
DAYANG REKUAN bersuamikan YA’
BUJANG BIN NANANG MAS’ULUDIN ALS. NANANG SYAMSUDDIN BIN ANDIN MUHAMMAD
TUDIN BIN DIPATI JAYA NEGARA - KERAJAAN BANJAR.
Karena beberapa lembar halaman
dari silsilah keluarga tersebut sudah banyak yang rusak bahkan terputus hilang
sehingga tidak ditemui penanggalan sewaktu dibuatnya silsilah tersebut, maka
angka tahun 1284 H [1863 M] tersebut
saya gunakan untuk tolak ukur pendekatan waktu / masa yang se-zaman ketika itu.
PENGARUH
HAJI ABDUL HAMID WALI ALLAH / DATUK ABULUNG DI DUNIA ISLAM:
Bahwa sekitar ± 223 tahun yang silam yaitu sekitar 12 Dzulhijjah 1203 H / 1788 M [2011 M-1788 M = 223 tahun] telah terjadi tragedi kecelakaan sejarah
dijatuhkan Vonis dan Eksekusi mati oleh Pemerintahan Kerajaan Banjar dimasa
berkuasanya Sultan Tahmidullah II kepada
HAJI ABDUL HAMID WALI ALLAH / DATUK
ABULUNG sehubungan dengan ajaran TASHAWWUF
WAHDATUL WUJUD – NYA yang mengejutkan dan mengemparkan dunia Islam yang
pengaruhnya sangat besar ketika itu. Ia menyatakan bahwa Syari’at yang diajarkan pada masanya adalah kulit dan belum sampai
kepada haqiqat dan menyatakan statemen baru bahwa “TIADA YANG MAUJUD MELAINKAN HANYA DIA, TIADA AKU MELAINKAN DIA,
DIA-LAH AKU DAN AKU ADALAH DIA”.
Paham hulul ini yang sebelumnya sekitar
1088 tahun yang silam sudah pernah di utarakan oleh Husein Ibnu Manshur bin
Muhammad Al Hallaj [lahir: 244 H / 858 M s/d 923 M] yang dari lidahnya tergelincir (menzakhirkan) suatu kata-kata kejutan yang tidak dibenarkan
oleh hukum (syara) hal mana merupakan suatu
bahaya musyahadah. AL-HALLAJ melafazh perkataan “TIDAK ADA YANG MAUJUD INI KECUALI UJUD
ALLAH”. Musuh-musuhnya menambah keterangan yang memberatkan-nya
sehingga ia dianggab sesat dan bertahun-tahun di penjara kemudian divonis dan
dieksekusi mati. Mukanya berdarah, tangan dan kaki kanan-nya dipotong, sampai
ke empat anggota badannya diceraikan. Namun ia tenang dan sabar tidak mengeluh dan mengadu sepatah katapun dan tak
ada sepatah katapun kesakitan yang keluar dari mulutnya. Kemudian kepalanya ditundukan untuk persembahkan kepada Tuhan,
yang pada akhirnya dipisahkan dari badannya oleh ALGOJO KERAJAAN yang menjalankan vonis hukuman eksekusi mati
atasnya. Kemudian badannya dibakar dan abunya dilemparkan kedalam sungai DAJLAH, IRAK. Penyiksaan yang
demikian dari satu pihak menimbulkan penyesalan, dan dari lain pihak
mengeluarkan cinta dan kasih sayang. Kemudian pengaruh paham-paham AL-HALLAJ tersiar luas di dunia islam yang
kemudian masuk kedalam kitab-kitab
shufi radiyullahuanhu. Dan tersiarlah kabar bahwa AL-HALLAJ ialah seorang SUCI,
seorang KERAMAT dan WALI.
Jika seorang hambalia yang sudah tahqiq benar-benar dalam maqam fana
sempurna dan telah berada dalam situasi masiawallah
(dalam wujud Allah semata-mata) sedangkan wujud lain tiada lagi, maka ia karam
dalam lautan ketiadaan yang tiada tinggal sekali-kali hambalia, dan berbekaspun
tiada lagi sebab mengenal sebenarnya diri.
Dan dia telah lenyab dari dirinya sama sekali. Dalam keadaan mana hanya dalam
kebaqaan Dzatullah semata-mata, sepenuhnya memandang dalam Ujud Allah Semata-mata /
kehadiran hati bersama Allah semata-mata (tiada wujud secara mutlak
kecuali Allah) dan seakan-akan tidak terlihat lagi baginya segala makhluk serta
lenyapnya segala yang lain / fananya segala sesuatu termasuk dirinya (tenggelam-lenyap
dalam lautan hidrat Ketuhanan Ke-Esa-an Dzatullah yang sempurna) karena yang
nampak terpandang ialah Hak Allah /
Dzatullah yang Maha Suci (yang tinggal kekal / baqa hanya Dzatullah
semata mata) kebenaran yang tertinggi yang mempunyai sifat sempurna dan Maha
Agung. Dialah yang Suci Awal - Suci
Akhir – Suci Zakhir – Suci Bathin yang meliputi sekalian alam ini adanya.
Ketika NAMPAK YANG QADIM maka LENYAPLAH YANG BAHARU yang ada
hanyalah SATU WUJUD ialah “WUJUD ALLAH SEMATA-MATA”, yang
lain sudah tiada mempunyai wujud lagi. Allah jualah yang meliputi sekalian alam
ini adanya. Yang Esa
hanya Allah semata-mata, yang maujud hanyalah Allah semata-mata. Dzat Allah
suci awal, suci akhir, suci zakhir dan suci bathin. Diri ini tiada kuasa
apa-apa, Diri ini tiada punya apa-apa, Diri ini tiada daya apa-apa, Diri ini
tiada ada, Diri ini hanyalah penzakhiran wujud Allah semata-mata. ZAKHIRU
RABBI WAL BATHINU ABSI - Zahir Tuhan pada
hamba-Nya, ilmu haqeqat.
AL INSANA MAQAMAL JAMI’A MIN ZANAN - Manusia itu tempat perhimpunan dari
kenyataan-Nya. AL MUTAHARATA SYAI’IN KASRUUHURI
FIL INSAN - Tiada
nyata-KU pada sesuatu, seperti kenyataan-KU pada manusia (Allah menyatakan
dirinya lebih nyata pada manusia).
Dalam KITAB INSANUL KAMIL,
berkata ABU HASAN ANNURY: “Jika
aku berada pada Tuhanku, maka aku tiadalah pada diriku. Dan jika aku berada
pada diriku, maka tiadalah aku pada Tuhanku”.
Kehancurannya perasaan / kesadaran atas tubuh kasar [AL-FANAUN NAFSI] ialah fana yang dicari
orang Sufi. Dalam KITAB ARRISALAH AL-QUSYAIRIAH, dikatakan:
“Pana seseorang dari dirinya dan dari makhluk lain, terjadi dengan hilangnya
kesadaran tentang dirinya dan makhluk lain itu. Sebenarnya dirinya tetap ada
dan demikian pula makhluk lainnya ada, akan tetapi tak sadar lagi pada mereka
dan pada dirinya”.
AL ‘ARIFU RASSRIFU FI BACHRI LA ADAM - Orang yang Arif itu karam dalam lautan
ketiadaan. HAIZA QURA NAHU BIL QADDIMU LA BAI QASSIRRU - Yang Muhammad itu
apabila disertakan dengan Tadim yaitu Allah, maka tiada tinggal sekali-kali
Muhammad, berbekaspun tiada lagi sebab mengenal sebenar-benarnya diri. AL-
INSANNU SIRRI WA ANNA SIRRUHU - Insan itu Rahasia-Ku dan Aku pun Rahasianya. SIRRI SIFATILLAH RAAIRA DZATI - Rahasia-Ku itu Sifat-Ku dan Sifat itu
tiada lain dari pada-Ku. WA FI ANFUSIKUM A FA LA TUBSIRUUN - Dan
(juga) pada (dalam) diri-mu sendiri, maka apakah kamu tidak memperhatikan
(melihat Aku). WA ANNAL
MAUJUDU FATHABAINI TAJDIIN - Dan
Aku maujud di dalam dirimu. AL INSANA
MAQAMAL JAMI’A MIN ZANAN - Manusia itu tempat perhimpunan dari kenyataan-Nya. AL MUTAHARATA SYAI’IN KASRUUHURI FIL INSAN - Tiada nyata-KU pada
sesuatu, seperti kenyataan-KU pada manusia (Allah menyatakan dirinya lebih
nyata pada manusia). Inilah Rahasia
Tuhan
seru sekalian alam yang ghaib kepada Insan itu. ANNA SIRRIL INSANA SAKANAHU WAMA HAKAHU - Aku Rahasia manusia
yang menggerakan-nya dan yang mendiamkan-nya. Insan itu sendiri ialah RAHASIA ALLAH, SIRR
ALLAH (ANNA SIRRULLAH) nama-Nya jua
yaitu DZAT ALLAH TA’ALA. Dan
dari pada Allah jua nyata segala isi alam ini, dan Allah jua yang meliputi
sekalian alam ini adanya. LI ANNAL HAQQIKATUL LA MAUJUDUN ILLALLAH - Bahwa
tiada yang mewujud disegala haqiqat hanyalah Allah Ta’ala jua. Baqalah / kekalah Dzat Allah yang
mempunyai sifat sempurna dan Maha Agung. Panalah dalam kebaqaan Allah dan
lenyabnya dalam kehadiran Allah.
KALAM QADIM yang datang pada SIRR
(bagian dalam pada hati dan perasaan) HANYA
UNTUK DIRI SENDIRI, bukan untuk orang lain !!.
Kematian HAJI ABDUL HAMID WALI ALLAH / DATUK ABULUNG ialah dipenggal
leher oleh ALGOJO
KERAJAAN yang menjalankan vonis hukuman eksekusi mati atasnya dengan menggunakan senjatanya
sendiri sebagaimana wasiat yang disampaikannya pada Sultan Banjar, dan pada
cucuran darahnya mengalir berdzikrullah membentuk kalimah syahdat dengan tulisan
kalimah tauhid LAA ILAAHA ILLALLAAH.
Pengarang-pengarang pada masa sekarang ini mencari bahan-bahan pikiran
yang ketinggalan dari SYEKH HAJI
ABDUL HAMID WALI ALLAH / DATUK AMBULUNG maupun dari HUSEIN IBNU MANSHUR BIN MUHAMMAD AL HALLAJ
[AL-HALLAJ]. Namun para tokoh HULUL
ini mereka sudah lenyap dalam WIHDATUL
WUJUD, mereka sudah fana kedalam baqa Tuhan-nya.
|
||||
|
||||
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar